Mumi Gadis Cilik Rosalia
Mumi Gadis Cilik Rosalia Lombardo Tetap Segar & Cantik Setelah 88 Tahun Meninggal
Di Capuchin Catacomb, sebuah pemakan kuno di Palermo, italia, terdapat mumi gadis kecil . Tertulis namanya: Rosalia Lombardo, meninggal 2 Tahun, 88 tahun lalu. Herannya , jasadnya masih utuh. Benar-benar utuh, tubuh masih segar berhias rambut pirang, juga terlihat kecantikan bocah nan murni. Ia bak ‘sleeping beauty’ putri yang terkenal dalam ceritanya dongeng HC Andersen. Rosalia Lombardo adalah gadis kecil asal Silisilia. Sayang, tak diketahui jelas asal-usulnya, nama orang tua dan cerita kematian. Namun versi yang berkembang di masyarakat, ia adalah bayi yang sejak dilahirkan sudah ringkih dan berpenyakitan. Sampai usianya 2 tahun tak luput dari sakit. Tak heran akhirnya tubuhnya tak mampu menahan serangan infeksi paru-paru, yang pada era itu momok menakutkan bagi bayi, dan anak-nak di seluruh penjuru negri.
Meski sakit-sakitan, gadis cilik itu bukan ternasuk anak yang rewel. Ia adalah bayi nan tenang, tak banyak menangis, bahkan cenderung tak merepotkan. Namun karena tubuhnya tak mampu menahan infeksi yang terus menggerotinya, rosalia pun menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 1920. karena duka yang mendalam akhirnya kedua orang tuanya memutuskan untuk mengawetkan mayat gadis cilik itu. Dari cerita yang berkembang itu tampaknya Rosalia bukan berasal dari keluarga kebanyakan. Orang tuanya mungkin cukup berada, mengingat orang-orang yang dimakamkan di Caphuchin selain biarawan / biarawati adalah yang memiliki status sosial tinggi , belum lagi biaya proses pengawetan yang mahal.
Jasad gadis cilik itu menarik perhatian banyak orang, karena teknik pengawetan yang sempurna. Meski puluhan tahun berlalu, jasadnya tidak berubah sedikit pun. Ia masih seperti perang berlangsung. Mengapa jasad Rosalia Lombardo begitu awet, padahal yang lainnya sudah banyak yang rusak ? Menurut keterangan, jasadnya diawetkan seorang embalmer (sebutan untuk pengawet) bernama Alfredo Safalia. Ia prosfesor di bidang kima yang menemukan cara baru mengawetkan jasad dengan formula khusus ciptaannya.
Profesor safalia memperkenalkan metode pengawetan jasad hingga ke Amerika. Pertama kali menggunkan fomula ciptaanya pada jasad. Safalia memulai pengawetan dengan menyuntikkan 15 Galon cairan embalming ciptaannya. Di tubuh jasad itu ada memar-memar merah membiru. Setelah selesai proses persiapannya, jasad disimpan di tempat yang secara alamiah dingin. Enam bulan kemudian ketika peti dibuka, memar –memar di wajah dan leher jasad itu hilang tanpa bekas. Jasadnya bahkan terlihat segar.
Awalnya, para peneliti mengira ramuan safalia menggunakan bahan dasar arsenik. Saat itu arsenik memang populer dan sering digunakan sang profesor saat menyempurnakan ramuan pengawet mayatnya. Perkiraan itu juga muncul karena para ahli dan peneliti mengacu pada fomula pengawet Dr Tranchini yang tak lain adalah guru safalia. Formula tranhini memang banyak menggunakan campuran arsenik dan anggur. Karena itulah banyak yang meyakini kalau racikan safalia merupakan variasi dari formula sang guru.
Akhirnya seorang ahli antropologi biologi dari Institute for Mummies and the Iceman bernama Dario Piomboni Mascali berhasil menguungkap racikan rahasia yang digunakan untuk mengawetkan jasad gadis kecil Rosalia Lombardo. Mascali menelusuri melalui kerabat dan orang-orang terdekat safalia. Mengacu pada catatan tengah safalia, terungkap bahwa taksidermis atau ahli pembuat awetan itu menyuntikkan formalin, garam, seng, alkohol, asam salisilat dan gliserol ke dalam tubuh Rosalia.
Formalin memang bahan umun yang digunakan untuk mengawetkan mayat. Campuran formaldehide dan air itu terbukti ampuh memusnahkan bakteri penyebab pembusukkan daging. Dan safalia salah satu pemanfaatan pelopor pemanfaatan formalin juga digunakan untuk mengawetkan mayat. Sayangnya di Indonesia, formalin juga digunakan untuk mengawetkan bahan pangan seperti tahu, mie basah, ikan asin, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Unsur lain yang digunakan safalia adalah alkohol. Di daerah yang lembab, alkohol berfungsi membuat mayat tetap kering sehingga lebih tahan terhadap efek perubahan suhu. Sementara itu gliserol sebagai penyimbang efek alkohol. Gliserol seperti minyak berfungsi memberi kelembapan yang mencegah kondis mayat terlalu kering. Unsur lainnya adalah asam salisilat sebagai pencegah tumbuhnya jamur. Meski demikian, mascali berpendapat bahwa dari beberapa unsur yang digunakan safalia, kunci utama pengawatan tubuh Rosalia adalah garam seng.
Melissa Jhonsons Williamss, Direktur Eksekutif American Society of Embalmers, menguatkan pendapat Mascali. Williams mengungkapkan efek seng terhadap pengawetan tubuh. Menurutnya seng tidak digunakan dalam proses pengawetan mayat di Amerika serikat karena seng membuat tubuh kaku seperti patung . Jasad yang sudah diberi garam seng dapat diangkat dan dibiarkan berdiri tanpa takut akan terkulia lemas sehingga tubuh terlihat seperti manekin.
Mascalli menyebut Safali sebgai seniman karena ramuannya telah menciptakan karya yang luar biasa Indah. Ia berpendapat, safalia telah mengangkat seni embalming atau pembuatan mumi tingkat tertinggi. Hal tersebut dibuktikan lewat karya mumi gadis kecil Rosalia The Sleeping Beauty Lombardo. Akan Tetapi sebagai manusia yang beriman kita juga harus meyakini bahwa itu adalah salah satu tanda kebesaran Tuhan.
Di Capuchin Catacomb, sebuah pemakan kuno di Palermo, italia, terdapat mumi gadis kecil . Tertulis namanya: Rosalia Lombardo, meninggal 2 Tahun, 88 tahun lalu. Herannya , jasadnya masih utuh. Benar-benar utuh, tubuh masih segar berhias rambut pirang, juga terlihat kecantikan bocah nan murni. Ia bak ‘sleeping beauty’ putri yang terkenal dalam ceritanya dongeng HC Andersen. Rosalia Lombardo adalah gadis kecil asal Silisilia. Sayang, tak diketahui jelas asal-usulnya, nama orang tua dan cerita kematian. Namun versi yang berkembang di masyarakat, ia adalah bayi yang sejak dilahirkan sudah ringkih dan berpenyakitan. Sampai usianya 2 tahun tak luput dari sakit. Tak heran akhirnya tubuhnya tak mampu menahan serangan infeksi paru-paru, yang pada era itu momok menakutkan bagi bayi, dan anak-nak di seluruh penjuru negri.
Meski sakit-sakitan, gadis cilik itu bukan ternasuk anak yang rewel. Ia adalah bayi nan tenang, tak banyak menangis, bahkan cenderung tak merepotkan. Namun karena tubuhnya tak mampu menahan infeksi yang terus menggerotinya, rosalia pun menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 1920. karena duka yang mendalam akhirnya kedua orang tuanya memutuskan untuk mengawetkan mayat gadis cilik itu. Dari cerita yang berkembang itu tampaknya Rosalia bukan berasal dari keluarga kebanyakan. Orang tuanya mungkin cukup berada, mengingat orang-orang yang dimakamkan di Caphuchin selain biarawan / biarawati adalah yang memiliki status sosial tinggi , belum lagi biaya proses pengawetan yang mahal.
Jasad gadis cilik itu menarik perhatian banyak orang, karena teknik pengawetan yang sempurna. Meski puluhan tahun berlalu, jasadnya tidak berubah sedikit pun. Ia masih seperti perang berlangsung. Mengapa jasad Rosalia Lombardo begitu awet, padahal yang lainnya sudah banyak yang rusak ? Menurut keterangan, jasadnya diawetkan seorang embalmer (sebutan untuk pengawet) bernama Alfredo Safalia. Ia prosfesor di bidang kima yang menemukan cara baru mengawetkan jasad dengan formula khusus ciptaannya.
Profesor safalia memperkenalkan metode pengawetan jasad hingga ke Amerika. Pertama kali menggunkan fomula ciptaanya pada jasad. Safalia memulai pengawetan dengan menyuntikkan 15 Galon cairan embalming ciptaannya. Di tubuh jasad itu ada memar-memar merah membiru. Setelah selesai proses persiapannya, jasad disimpan di tempat yang secara alamiah dingin. Enam bulan kemudian ketika peti dibuka, memar –memar di wajah dan leher jasad itu hilang tanpa bekas. Jasadnya bahkan terlihat segar.
Awalnya, para peneliti mengira ramuan safalia menggunakan bahan dasar arsenik. Saat itu arsenik memang populer dan sering digunakan sang profesor saat menyempurnakan ramuan pengawet mayatnya. Perkiraan itu juga muncul karena para ahli dan peneliti mengacu pada fomula pengawet Dr Tranchini yang tak lain adalah guru safalia. Formula tranhini memang banyak menggunakan campuran arsenik dan anggur. Karena itulah banyak yang meyakini kalau racikan safalia merupakan variasi dari formula sang guru.
Akhirnya seorang ahli antropologi biologi dari Institute for Mummies and the Iceman bernama Dario Piomboni Mascali berhasil menguungkap racikan rahasia yang digunakan untuk mengawetkan jasad gadis kecil Rosalia Lombardo. Mascali menelusuri melalui kerabat dan orang-orang terdekat safalia. Mengacu pada catatan tengah safalia, terungkap bahwa taksidermis atau ahli pembuat awetan itu menyuntikkan formalin, garam, seng, alkohol, asam salisilat dan gliserol ke dalam tubuh Rosalia.
Formalin memang bahan umun yang digunakan untuk mengawetkan mayat. Campuran formaldehide dan air itu terbukti ampuh memusnahkan bakteri penyebab pembusukkan daging. Dan safalia salah satu pemanfaatan pelopor pemanfaatan formalin juga digunakan untuk mengawetkan mayat. Sayangnya di Indonesia, formalin juga digunakan untuk mengawetkan bahan pangan seperti tahu, mie basah, ikan asin, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Unsur lain yang digunakan safalia adalah alkohol. Di daerah yang lembab, alkohol berfungsi membuat mayat tetap kering sehingga lebih tahan terhadap efek perubahan suhu. Sementara itu gliserol sebagai penyimbang efek alkohol. Gliserol seperti minyak berfungsi memberi kelembapan yang mencegah kondis mayat terlalu kering. Unsur lainnya adalah asam salisilat sebagai pencegah tumbuhnya jamur. Meski demikian, mascali berpendapat bahwa dari beberapa unsur yang digunakan safalia, kunci utama pengawatan tubuh Rosalia adalah garam seng.
Melissa Jhonsons Williamss, Direktur Eksekutif American Society of Embalmers, menguatkan pendapat Mascali. Williams mengungkapkan efek seng terhadap pengawetan tubuh. Menurutnya seng tidak digunakan dalam proses pengawetan mayat di Amerika serikat karena seng membuat tubuh kaku seperti patung . Jasad yang sudah diberi garam seng dapat diangkat dan dibiarkan berdiri tanpa takut akan terkulia lemas sehingga tubuh terlihat seperti manekin.
Mascalli menyebut Safali sebgai seniman karena ramuannya telah menciptakan karya yang luar biasa Indah. Ia berpendapat, safalia telah mengangkat seni embalming atau pembuatan mumi tingkat tertinggi. Hal tersebut dibuktikan lewat karya mumi gadis kecil Rosalia The Sleeping Beauty Lombardo. Akan Tetapi sebagai manusia yang beriman kita juga harus meyakini bahwa itu adalah salah satu tanda kebesaran Tuhan.
0 komentar :
Post a Comment