Planet Mars Bisa di Huni Sekarang ?
Penelitian yang sedang berlangsung di tempat-tempat mirip Mars antara lain Antartika dan gurun Atacama di Chile menunjukkan, mikroba dapat berkembang di lingkungan dingin dan kering yang ekstrem, demikian dikatakan beberapa peneliti di konferensi “The Present-Day Habitability of Mars” yang diadakan di University of California Los Angeles bulan ini.
Dan tidak semua bagian dari permukaan Planet Merah itu kering saat ini, setidaknya tidak selalu. Bukti yang ada menunjukkan bahwa air dapat mengalir secara musiman pada beberapa wilayah Mars yang berpotensi memberikan surga bagi kehidupan seperti yang kita ketahui.
"Kami tentu tidak bisa mengesampingkan kemungkinan bahwa Mars layak huni saat ini," kata Alfred McEwen dari University of Arizona, peneliti utama untuk kamera HiRise di pesawat ruang angkasa NASA, Mars Reconnaissance Orbiter.
Apakah ada air permukaan di Mars?
McEwen membahas beberapa pengamatan menarik yang dilakukan oleh HiRISE, yang menyatakan bahwa air asin mungkin mengalir menuruni lereng curam Mars selama musim semi dan musim panas di sana.
Enam belas situs telah diidentifikasi sampai saat ini, sebagian besar berada pada lereng Valles Marineris, ungkap McEwen. Trek tersebut tampaknya terus terulang secara musiman seperti cairan sirup yang mengalir turun di jalur yang digerus cuaca.
Meski air asin dapat berasal dari bawah tanah, Edwin Kite dari Caltech mencatat, ada kecurigaan yang meningkat bahwa proses yang dikenal sebagai “deliquescence”, saat kelembapan yang ada di atmosfer dikumpulkan oleh senyawa di tanah, sehingga memungkinkannya untuk menjadi cairan, bertanggung jawab atas fenomena tersebut.
Para ahli astrobiologi tertarik untuk mempelajari lebih lanjut mengenai air asin tersebut, karena tidak banyak yang diketahui tentang mereka saat ini.
"Air asin yang ada di Mars mungkin atau mungkin tidak layak huni untuk mikroba, baik dari bumi maupun dari Mars," kata McEwen.
Mikroba yang kuat
Beberapa peneliti menekankan bahwa kehidupan di Mars mungkin mampu bertahan bahkan di tempat-tempat air tidak merembes dan mengalir.
Misalnya, mikroba di Bumi dapat bertahan hidup di Atacama dan lembah-lembah kering Antartika, yang keduanya sangat dingin dan kering, kata Chris McKay dari Ames Research Center NASA di Moffett Field, California
Beberapa situs di Antartika juga mendapat radiasi ultraviolet kadar tinggi secara musiman, yang diakibatkan oleh sebuah lubang di lapisan ozon yang cenderung mengembang setiap Agustus hingga November. Hal ini juga terjadi terhadap Mars, yang atmosfer tipisnya dan kurangnya medan magnet pelindung membuat planet tersebut lebih banyak terkena radiasi dibanding Bumi.
Di lembah Antartika yang kering, McKay mengatakan, organisme tinggal di dalam batuan, yang cukup dalam untuk bisa terlindungi dari dampak terburuk sinar UV, tapi cukup dekat ke permukaan untuk mendapatkan manfaat dari fotosintesis. Hal serupa mungkin terjadi di Mars saat ini, jika kehidupan pernah berkembang di sana.
McKay juga membahas deliquescence, yang di Atacama memungkinkan garam untuk mengumpulkan cukup air guna mendukung eksistensi kehidupan.
McKay menawarkan beberapa saran untuk wahana penjelajah Curiosity NASA di Mars, yang mendarat pada Agustus untuk menentukan apakah Mars pernah mendukung kehidupan mikroba: “Hati-hati dengan garam!"
Sebuah potensi sumber energi
Sejumlah presenter menghabiskan waktu berbicara mereka untuk membahas tentang perchlorate, bahan kimia mengandung klorin, yang pernah ditemukan oleh wahana Phoenix NASA di dekat kutub utara Mars pada 2008.
McKay dan peneliti lainnya berpikir bahwa perchlorate mungkin merupakan alasan wahana kembar Viking milik NASA tidak mendeteksi senyawa organik apa pun, materi pembangun kehidupan mengandung karbon seperti yang kita ketahui di Planet Merah pada tahun 1970-an.
Viking menguapkan tanah Mars dan mencari setiap materi organik yang mendidih. Mereka tidak menemukan apa pun kecuali senyawa klorin yang dianggap penyebab kontaminasi. Tapi setelah perchlorate ditemukan oleh Phoenix, McKay dan beberapa peneliti lainnya melakukan sebuah percobaan.
Mereka menambahkan perchlorate ke sejumlah debu gurun dari Chile yang diketahui mengandung organik. Mereka memanaskan tanah dan menemukan senyawa klorin yang sama seperti yang ditemukan Viking, yang menunjukkan bahwa materi organik mungkin telah ada dalam sampel Viking namun terpecah akibat kombinasi panas dan perchlorate.
Meskipun cerita pendukung ini menarik, perchlorate juga relevan dengan kemungkinan kelayakan huni Mars masa kini.
"Perchlorate, ternyata, adalah sumber energi chemoautotrophic yang potensial," kata Carol Stoker, yang juga berasal dari NASA Ames, mencatat bahwa bahan kimia tersebut berpotensi mempertahankan mikroba di bawah permukaan Mars yang gelap, saat fotosintesis bukanlah suatu pilihan.
Dan beberapa mikroba bumi menggunakan perchlorate untuk makanan, sehingga hal tersebut juga bisa terjadi di Mars, seperti yang ditemukan para peneliti.
“The Present-Day Habitibility of Mars” digelar pada 4-5 Februari dan diprakarsai oleh institut NASA Astrobiology dan UK Centre for Astrobiology.
Sumber : Yahoo! News Indonesia
wah benarkah itu ???
ReplyDeletesrezky.blogspot.com (komen back ya)
@Rezky : hahaha kayanya masih prikaraan ilmuan diluar sana :D
ReplyDelete